”Kesusahan itu datang setiap hari”
oleh Pasutri Erna – Sandy
Komisi Keluarga, Paroki Tri Tunggal Maha Kudus, Tuka
Betapa bahagianya hidup kita jika hari-hari yang kita lalui dengan penuh suka-cita, bahagia, berkah yang melimpah, rukun, sehat, dan seterusnya. Apa ini mungkin? Jawabannya jelas: Tidak!
Tidak ada satu keluarga pun yang bisa luput dari kesusahan, apakah itu berupa kekurangan materi, kesedihan, kematian, sakit, penganiayaan, bencana alam, dan lain-lain.
Kesusahan itu bisa datang silih berganti, beruntun, atau bahkan datang secara bersamaan.
Ditambah lagi dengan berbagai perasaan yang berkecamuk di dalam hati, apakah itu perasaan iri-hati, dengki, sombong, benci, dendam, dan lain-lain, maka beban kesusahan itu menjadi berlipat-lipat, dan pada akhirnya membuat kita patah semangat dan putus asa, merasa seolah-olah Tuhan telah meninggalkan kita, Tuhan tidak lagi adil dan menyayangi kita.
Baiklah kita berhenti sejenak untuk merenungkan pertanyaan ini: “Jika kesusahan itu datang, apa yang semestinya kita lakukan?”
Kesusahan adalah bagian dari kehidupan
Kehidupan ibarat lukisan yang penuh warna-warni, dan kesusahan adalah salah satu warna gelap yang terhampar di lukisan tersebut. Kesusahan memang turut mewarnai kehidupan kita.
Dengan menyadari bahwa kesusahan adalah bagian dari kehidupan, kita akan semakin siap dan berjaga-jaga ketika kesusahan itu datang.
[I Tesalonika 3:4] Sebab, juga waktu kami bersama-sama dengan kamu, telah kami katakan kepada kamu, bahwa kita akan mengalami kesusahan. Dan hal itu, seperti kamu tahu, telah terjadi.
Sesulit apapun, kesusahan itu mesti dihadapi
Jalan pintas yang dapat ditempuh dalam menghadapi kesusahan adalah dengan menghindarinya, atau bahkan lari daripadanya, agar kita berada jauh dari kesusahan itu.
Sesulit apapun, kesusahan itu mesti dihadapi, mesti dicarikan jalan keluarnya, bukan dihindari.
jika tidak diselesaikan, kesusahan itu akan tumpang tindih dengan kesusahan lain yang akan datang esok hari. Semakin lama akan semakin menumpuklah kesusahan yang membebani kita.
[Matius 6:34] “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hal esok hari; karena esok hari itu ada kuatirnya sendiri. Cukuplah tiap-tiap hari ada dengan kesusahannya sendiri.".
[I Petrus 5:7-9] Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu. Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengau -aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.
Tuhan memberikan kekuatan untuk menghadapi
Sesungguhnya Tuhan telah membekali kita dengan kekuatan untuk menghadapi segala kesusahan yang menghadang di kehidupan kita. Masalahnya, apakah kita akan menggunakan kekuatan itu atau kita akan mengandalkan kekuatan duniawi, dengan mendatangi dukun untuk mencari penyelesaian masalah?
[Filipi 4:13] Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.
[Lukas 10:19] Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu.
[II Timotius 1:7] Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.
Kekuatan Tuhan mampu mengatasi segala kesusahan
Kehadiran kita di dunia ini telah digenapi dengan roh kehidupan oleh Tuhan, dan kesusahan-kesusahan yang kita hadapi tidak akan melampaui kekuatan yang telah Tuhan berikan kepada kita.
Keputus-asaan adalah perasaan tidak mampu untuk menghadapi kesusahan, dan itu bisa terjadi semata-mata karena kita tidak lagi mengandalkan kekuatan Tuhan, atau mulai meragukannya.
[I Korintus 10:13] Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.
[Lukas 12:22-24] Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Sebab hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian. Perhatikanlah burung-burung gagak yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mempunyai gudang atau lumbung, namun demikian diberi makan oleh Allah. Betapa jauhnya kamu melebihi burung-burung itu!
Saling menguatkan
Sebagai manusia, kita memiliki keterbatasan, termasuk di dalamnya kita seringkali melupakan kekuatan yang diberikan oleh-Nya. Oleh karenanya menjadi hal penting untuk saling menguatkan antara yang satu dengan lainnya. Bagaikan sapu lidi, batang lidi yang satu saling menguatkan dengan batang lidi lainnya, membentuk ikatan sapu lidi yang tidak mudah patah.
[I Tesalonika 5:11] Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan.
[I Korintus 12:25] supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan.
[Ibrani 10:24] Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.
Kesusahan adalah salib kita
Setiap orang mesti memanggul salibnya masing-masing. Seringkali kita merasa ketidak-adilan terjadi ketika salib yang kita pikul terasa begitu berat, mengapa mesti terjadi pada kita sedangkan orang lain tidak mengalaminya?
Ketika perasaan seperti ini mulai meracuni pikiran dan hati, seyogyanya kita berusaha menyadari bahwa ini memang salib yang mesti kita pikul sendiri.
[Matius - 16:24] Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
Ada terang di balik kesusahan
Setiap kali mengalami kesusahan, maka setiap kali pula kita percaya bahwa Tuhan sedang merencanakan sesuatu di balik kesusahan tersebut, walaupun bukan hal yang mudah untuk bisa mengerti tentang rencana Tuhan ini. Rencana terang ada di balik kesusahan itu, dan kita akan sampai pada terang itu setelah kesusahan kita lewati.
Kerinduan untuk memperoleh terang itu menjadikan kita semakin kuat dan semakin bersemangat untuk melewati kesusahan yang menghadang.
Marilah kita membuka hati dan pikiran untuk belajar mengerti rencana Tuhan…
Jika kita percaya bahwa ada terang di balik kesusahan yang kita hadapi, maka biarlah kesusahan itu datang setiap hari menghampiri kehidupan kita, karena dengan demikian kita akan bisa mendapatkan terang setiap hari pula.
Dan biarlah pula kita menjadi semakin lihai dalam menanggulangi kesusahan karena kita berlatih setiap hari sehingga suatu saat nanti kata “kesusahan” akan kita hapus dari kamus kehidupan kita dan menggantinya dengan “salib” yang memang mesti kita pikul.
[I Korintus 4:5] Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.
[II Korintus 4:6] Sebab Allah yang telah berfirman: "Dari dalam gelap akan terbit terang!", Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.
Bali, di penghujung tahun 2006.
[Versi 2, September 2007]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar